MUDIRUNA

“Aku merantau mencari bekal ilmu. Sudah cukup mata menyaksikan beban hidup yang teramat berat dipikul oleh Ayah. Sebagai laki-laki, tidak sepantasnya aku menambah beban. Aku harus mengubah keadaan. Aku harus pergi meninggalkan kampung halaman. Selamat tinggal pulau garam.”
Buku biografi ini ditulis dengan sudut pandang orang pertama. Sehingga para pembaca seolah sedang mendengar langsung tuturan Pak Kiai. Saat membaca buku ini, pembaca merasa Pak Kiai ada di hadapan, sedang menceritakan hidupnya sendiri.
Tidak seperti buku biografi pada umumnya, Mudiruna ditulis seperti novel. Kisah hidup Pak Kiai dibuat kronologis dengan alur maju sehingga dapat dibaca dengan lebih santai.
Supaya pembaca bisa langsung membuktikan. Saya tidak akan banyak memberikan spoiler. Silakan menikmati kisah nyata dari seorang anak desa yang dipaksa keadaan untuk tumbuh menjadi manusia yang luar biasa.
Manusia yang memberi banyak manfaat kepada banyak orang. Sesuai dengan hadis Rasul SAW. “Khoirunnas anfauhum linnasi”.